Gadis Bersampan
; Pemecah Ombak Waduk Penjalin
Gadis bersampan, berjalan di dalam pusaran angin yang embun.
Matanya menerobos kabut yang menutupi hatiku,
Ketika fajar belum sempurna bertelanjang, gadis bersampan
Lebih dahulu membenarkan kerudungnya, lalu
Lengannya yang salju menuju dayung-dayung yang telah lama
Membuatku rindu.
“Gadis bersampan”
Begitulah namanya yang melintasi lamunanku sore ini,
Biasanya tepat matahari menuju ujungnya, ia pulang dengan
Menjinjing tas berisikan impian-impiannya,
Berisikan lamunannya,berisikan
Mimpinya yang menghadirkanku.
“Gadis bersampan”
Begitulah biasanya aku sebut-sebut namanya, tersebab ia
Tak pernah sekalipun berpaling dari terik kerinduan
Dan aku menemukan rambut panjangnya telah basah di atas sebuah sampan.
Sampan yang mengajakku untuk menuju rumahnya, lalu
Aku berharap di dalam semoga.
“Gadis bersampan”
Begitulah selalu aku menyeka namanya dalam hatiku
Yang kabut. Tak pernah sekalipun ia berhenti dari
Perjalanan mimpi yang ombaknya tak berkawan.
Hingga keringatnya mengkristal,
Jatuh,
Memenuhi permukaan segara
Mengendap-endap dalam ombak
Mendekap mimpi di dalam dayung
Berkilauan, dan
Bola mataku berkilap
Tak kuasa aku menatap cahaya, Gadis bersampan.
Paguyangan, juni 2011
Kabut
Sepanjang Jalan Menuju Kali Gua
Aroma fajar
Pudar, melebur bersama
Dingin embun yang
Paling. Kau tabuh genderang rindu yang membuncang !
Kepada siapa alamat kau bersurat sebenarnya?
Adakah aku yang kau tuju?
Padahal aku belum kau kenal betul.
Dalam kaca yang buram tersebab embun
Yang rindang, ku temukan
Namamu tertulis dalam sekaanku
Diatas daun talas yang
Menampung puisi-puisi pagi.
Aroma fajar
Hilang, ke entah mana.
Dingin kembali bersapa
Riang dengan celotehan-celotehan
Beburung pagi yang
Mengatasnama Cinta.
Dan, Aku menemukan rindu
Dalam kabut yang selimut.
Paguyangan , mei 2011
Senja di lorong jembatan
:Brug Saka Limalas
Senja ini, ada warna yang
Hilang dari pelangi yang berkibar
Di Langit Bumiayu
Hujan tak lagi merintikkan cahaya
Yang apabila berjumpa dahan basah
Berkeliplah bola mata yang selama ini
Terpaut cinta
Ilalalang pun kehilangan hijaunya
Tidak mampu lagi
Menari bersama angin
Senja kehilangan lembayung orangenya
Seperti aku yang kehilangan namamu
Yang memupus menjadi metafora puisi.
Bumiayu, feb2011
Dalam kuasa senja
; Menuju Bumijawa
Dalam pengembaraanku di bukit puisi,
Tampak sebuah istana megah
Menyeruakan do’a dan cinta
Bersama angin kita membagi semerbak mawar
Yang dahulu kau mengajariku
Untuk menanamnya
Terik tak jadi soal sepanjang langkah kita
Pepohonan yang menyebut-nyebut nama kekasih
Menjelma teman dalam mimpi kita yang dingin
Dan, bayangan kita memunguti daun-daun jatuh
Yang mengembunkan warna surga,
Sepanjang lorong mata kita,
: Saat Pelangi dan gerimis bercinta
dalam kuasa senja.
Tegal, Maret 2011