Kamis, 19 Januari 2012

puisiku dimuat di majalah MISYKAT Edisi 70 Januari 2012

Lautan kalam

Rembulan memerah tangispun memecah
Seumpama sekeping luka memancarkan duka
Tampak tangan-tangan bertengadah di atas tanah
Memanggil tanpa kata, bersuara dalam airmata

(Sementara aku merangkai kembali puing-puing rumah
                        Yang telah ambruk dikikis gerimis
Dengan setumpuk doa yang tersisa di dada)

Hujan ini mungkin luapan rindu yang berapi-api
Hingga airmata terlumatkan gemuruhnya, dan
Angin tak juga memberiku kabar
Ke alamat mana kau kan berpulang?

Atau barangkali telah kau temukan surga yang
Serpihan cahayanya berjatuhan dari tangisan doa,
Lalu kau melukiskan sampan di atas awan kelam
; untuk berlayar dalam
Kalam Tuhan.

Surau Cinta,31 mei 2011


Sajadah cinta

Tetesan embun membangunkan sujudku.
Padahal ingin berlama-lama aku mengecup wajah tuhan,
Yang landai penuh dengan
                         dahan-dahan kalam
Menghangatkan sepinya sebuah pencarian.

Aku menamainya sajadah cinta.
Cahaya berlari-lari di tepiannya
Seperti sayap kupu-kupu yang
Mengitari rindunya perjumpaan.

Surau Cinta, maret 2011

Dzikir Bunga

Seusai sembahyang embun
Aku bersujud di atas rerumputanMu

 Hujan datang  mengusap mukaku
Dan  kutemui:Wajahku
 Telah menyatu dengan cahayaMu
Yang berbunga


Surau Cinta,Jan2011