Sabtu, 15 Oktober 2011

puisi dimaz Senja


Fragmen Doa Dalam Hujan
1/
Dari hujan yang tak mampu kau dan-ku tepis ini
Awal mula segala sabda
Sejak kata-kata tak habis kau baca
Sejarah kau dan-ku tertulis juga
Dalam tengadah rumah doa

2 /
Di senja berikutnya hanya ada sebait doa
Bersemayam dalam kitab cinta
Juga di lesung pipimu yang sumringah
Betapa hujan menginginkan jarak kau dan-ku
Tak lagi menyiksa

3/
Hujan ini hanya ada kosong
Seumpama kau dan-ku tanpa pertemuan.
Barangkali rindu tak berapi-api, dan
Tak kan memangkas kewarasanku
Yang makin tanggas.

Duh, kekasih yang
mengisi hidupku dengan nyanyian seruling
dimana sajak-sajaknya tak lagi berbait,
puisi tak lagi bernama puisi,
mungkin lebih tepat sebagai mimpi tak bertepi !
4/
Kata-kata yang kurangkai dalam semalam
-Bersama angin melelehkan duapuluhsatu lilin, yang
Setiap satunya meneteskan doa- ini selalu
Tentang kau dan-ku, tentang hujan
Yang mempertemukanku dengan cahaya.
                                                                                                            Senja, 2011
Cinta yang tak (mungkin) sampai

Auri...
Seandainya kau datang lebih awal dari kereta subuh,
Pasti kau kujadikan segurat fajar
Untuk menemaniku dalam pagi yang kabut.
Tetapi,auri..
Matahari telah lebih dulu memberiku cahaya
Membawaku pada doa dan cinta.

Senja, 2011

Embun Subuh

Aku mengira tersebab embun inikah, rindu makin bukit?
Daun-daun tampak sumringah, hawa dingin namamu makin berkelebat

Sekali saja, aku ingin membaca puisi yang
Pertemukan keningku dengan bayangmu
: Dalam subuh yang mawar.

Senja,juni 2011

Doa di awal oktober

Dan jika langit sore ini terang gulita,
Kan kusetubuhi kau sepanjang malam yang kunang.

Senja,2011






Senja Terakhir

Sepucuk mawar yang  tanggal
Di tepian pintu senja
Kelopaknya gontai
Bertaburan, meninggalkan
Cahaya yang
Tengah padam.

Senja, 2010

Tangis Dahan


Sebab angin yang datang
Begitu kencang
Selembar daun terlepas dari dekapan
Dahan
Menyisakan getah
Yang masih basah.

Senja, feb 2011

4 komentar: